Go Green !

Holligreenies

Wasiat Qur'an

“ Dan ingatlah akan nikmat Allah SWT kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah SWT mempersatukan hatimu, kemudian menjadikan kamu karena nikmat Allah SWT orang-orang yang bersaudara. ” (QS. Ali Imran [3]: 103)

Wasiat Ulama

" Sebagaimana aku wasiatkan kalian untuk semangat dalam persatuan dan persaudaraan diantara kalian, dan saling menasehati diantara kalian dengan cara lemah lembut dan halus, dan menjauh dari sebab-sebab perselisihan, perpecahan, dan sebab yang menyebabkan kalian lalai dalam berdakwah dan mengalami kemunduran dalam berdakwah. Semua itu penyebabnya adalah perselisihan yang terjadi diantara kita. Jika muncul permusuhan atau perselisihan, hendaknya kedua belah pihak berusaha untuk menyelesaikannya dengan berbagai jalan dan usaha. " (Nasehat Syaikh Khalid Bin Dhahawi Azh-Zhafiri Hafizhahullah Ta’ala. Juli, 2011)

Qur'an Online

Listen to Quran

Selasa, 16 Agustus 2011

Nahdlatul Ulama Mengabdi Bangsa.


10/08/2011 13:41

Nadlatul Ulama Mengabdi Bangsa


Pada dasarnya NU adalah organiasasi sosial keagamaan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah. 

Tapi rupanya kedua bidang itu punya arti sangat luas, di antaranya mendidik dan mencerdaskan bangsa ini, serta berdakwah untuk membangun dan menjaga negara ini. 


Karena itu, bagi NU membela negara merupakan kewajiban syar’i.

Mengingat adanya prinsip semacam itu maka sejak kelahirannya NU peduli dengan masalah kemasyarakatan dan kebangsaan. Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sebenarnya NU, terutama para pendirinya telah memiliki kiprah sangat jauh. Pada tahun 1916 para kiai ini telah mendirikan organisasi pergerakan nasional yang dinamai Nahdlatul Wathon, kemudian mendirikan serikat dagang yang bernama Nahdlatut Tujjar. Lalu mendirikan lembaga kajian strategis dengan nama Tashwirul Afkar, sekitar 1919.

Peran kebangsaaan ini sejalan dengan peran keagamaan, untuk mendidik dan mencerdaskan bangsa ini serta memperkuat paham keagamaan. Baru tahun 1926 lembaga tersebut dilebur, dikukuhkan menjadi Nahdlatul Ulama. Sekarang ini, NU telah berhasil melintasan berbagai ujian sejarah selama 85 tahun perjalanannya.

Selama  85 tahun perjalanannya itu, NU telah menempatkan dirinya sebagai organisasi Islam terbesar. Ia memiliki pengaruh luas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Dengan sendirinya, diharapkan bisa meningkatkan  peran dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dan kebangsaan Indonesia dewasa ini, bahkan masyarakat dunia pada umumnya.

Saat ini persoalan kebangsaan kembali muncul ke permukaan sebagai indikasi merosotnya semangat kebangsaan sebagaimana disuarakan oleh semua pihak. Sebagai organisasi Islam yang nasionalis, tentu NU tidak berdiam diri, dan turut prihatin terhadap kondisi kebangsaan saat ini. Untuk itulah berbagai kegiatan yang bernuansa kebangsaan juga diselenggarakan, sebagai upaya memperkuat komitmen kebangsaan.

Persoalan kebangsaan sekarang sangat berbeda dengan zaman kolonial. Karena itulah, semua pihak yang menggerakkan isu kebangsaan ini, mesti melihat persoalan dengan lebih proporsional. Memang di sana sini terdapat gerakan yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa.

Di sisi lain gelombang globaliasi dengan sendirinya juga melunturkan semangat kebangsaaan ini. Karena itu, dibutuhkan strategi baru bagaimana bisa melakukan komunikasi dengan dunia luar, tapi tidak larut dalam arus globalisme itu.

Kemampuan inilah yang diperlukan saat ini. Kemampuan ini penting sebagai upaya melindungi nasib rakyat, karena kalau globalisme dengan sistem kapitalisme globalnya dibiarkan leluasa beroperasi, maka rakyat yang tidak mampu bersaing akan menjadi korbannya.

Karena itu perjuangan kebangsaan, NU ini berkaitan erat dengan visi kerakyatannya, yakni melindungi kaum duafa, dan untuk menyejahterakan kehidupan mereka secara jasmani dan terutama rohani.

Dalam kenyataannya, masyarakat internasional, baik dari kalangan dunia Islam maupun dunia non Muslim, banyak meminta peran NU dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi. Melihat tuntutan semacam itu akhirnya NU juga mempedulikannya, sehingga membuat wilayah kerja NU menjadi semakin luas. Tentunya ini memerlukan energi tersendiri.

Peringatan 85 tahun lahirnya NU bulan lalu, merupakan rangkaian kegiatan yang merefleksikan perjalanan sejarah NU di dalam mengabdikan dirinya bagi perkembangan Islam dan kebangsaan. Dan ke depan, akan semakin ditingkatkan  perannya dalam menciptakan perdamaian dunia.

Penyelenggaraan dialog ini antara lain bertujuan untuk menginformasikan pada Nahdliyin dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa NU bersama kekuatan bangsa yang lain akan terus memperjuangkan masalah kebangsaan, menjaga NKRI, Pancasila, UUD 1945. Di dalamnya termasuk menjaga pluralitas negeri, agar bangsa ini tetap menjadi bangsa yang mandiri, berdaulat, bersatu dan damai.

Tidak hanya di kawasan nasional, bangsa lain di luar sana juga menunggu peran NU dalam menciptakan perdamaian di tengah dunia yang penuh konflik dan kerusuhan. Berbagai tuntunan itu direalisasi NU dengan berusaha membuat pertemuan para sufi seluruh dunia.

Ajaran sufi ditujukan agar cara kehidupan beragama menjadi santun, damai mendalam dan substansial. Sebagaimana diketahui bersama, kaum sufi mengedepankan kasih sayang dibanding kekersan itu diharapkan memberi warna lain dalam kehidupan beragama di dunia modern ini.

Keberagamaan yang dangkal yang penuh amarah, mesti dihadapi dengan kehidupan agama yang mendalam dan penih hikmah dan kearifan. 

Langkah NU menyelenggarakan konferensi sufi internasional merupakan langkah terobosan dalam menciptakan suasana baru bagi kehidupan dunia.
 
Di Afganistan, negara yang tiap hari konflik, NU diminta mengambil peran untuk mendamaikan. Kita tahu, Afganistan hancur akibat perang, baik pertikaian antarfaksi dalam negeri ataupun dari luar, yang dikomandoi NATO. Dengan ikhtiar yang keras, akhirnya NU bisa mempertemuakan kelompok-kelompok konflik dalam satu meja, di Jakarta.

Pertemuan ini merupakan perundingan pertama kalinya yang mereka lakukan. Tampaknya, mereka betul-betul ingin belajar dari NU dan Indonesia, bagaimana berdamai dalam sebuah negara.

Semboyan NU sebagai rahmatan lil alamin, tidak hanya rahmatan lil indunisiyin nampakanya menjadi nyata. Pendekatan keagamaan dan kemanusiaan yang dilakukan ormas memberikan harapan tersendiri, karena lebih murni, lebih ikhlas dan jauh dari upaya dominasi. Dengan peran ini harlah NU ke-85 ini menemukan momentumnya.

(Abdul Mun’im DZ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.